Saturday, January 13, 2007

SAMBUTAN

Salam Kreatifitas Tak Boleh Mati
Apa sih siklusitu?
Di 1996 tepatnya Sabtu malam sekumpulan anak muda seperti hari-hari biasa sehabis latihan teater( teater tonggak) berkumpul dan membincangkan tentang segala hal.Mulai dari cuaca yang sedang banjir, Jakarta yang makin beringas jalanan yang makin macet sekaligus semrawut. situasi politik yang sedang panas (banteng sedang diadu ama banten), sekian aktivis yang menghilang (diculik, atau menyembunyikan diri) dan tetek bengek lainnya. sampai akhirnya secara spontanitas anak-anak ini mengekspresikan segala macam tentek bengek tadi dengan segala cara. ada yang baca puisi, monolog, nyanyi-nyanyi atau sekedar teriak-teriak, ada juga yang mendongeng. Alkisah akhirnya secara naluri kegiatan ini berjalan dari hari kehari dengan penuh semangat dan tentu saja mendapat aplus dan sambutan dari temen-temen sendiri. pentas sendiri dan ditonton sendiri. (kayaknya asik juga tuh tiap malam begini celetuk seorang temen) lalu temen-temen sepakat memberi nama aktifitas ini siklusitu. Kenapa siklusitu? karena, kegiatan ini dilakukan di sebuah pinggiran situ yang tempatnya di wilayah Ciputat. Karena kegiatan ini rutin tiap malam maka biar agak lebih kena di namain siklusitu. yaitu kegiatan yang selalu berulang dan terus menerus. Ada juga kisah lain tentang nama siklusitu. Ekpresi temen-temen yang rutin tiap malam itu selalu mencuri perhatian dari orang-orang yang lalu lalang di sekitar situ akhirnya menyebarlah berita itu keseantero Ciputat. ketika ada orang yang nanya dimana sih tepatnya kegiatan itu. ya di situ, situ yang mana, situ itu.
Dari hari ke hari kegiatan in semakin banyak peminatnya dan penonton serta saking penuhnya yang mau ikut tampil dari beberapa kelompok kesenenian di Ciputat dan sekitarnya akhirnya untuk lebih teratur maka dibuatklah jadwal acara. Tercatat beberapa nama kelompok yang ikut meramaikan acara siklusitu pad tahun 1998 (teater Tonggak, Teater Syahid, teater IKJ, bahkan dari luar kota sebutlah dari Bandung, Jogjakarta).
Tapi sayang kegiatan kesenian yang sedang marak dan bersemangat ini pada akhirnya luruh karena sesuatu diluar kesenian (Politik intern wilayah Ciputat). Siluksitu akhirnya bubar dan hanya tinggal satu dua orang yang tetap bertahan dan mencoba mengais-gais kegelisahan yang berserakkan di ujung malam. Setelah bubarnya teater Tonggak maka anak-anak muda yang masih tetap bertahan pada tahun 2001 mendirikan Sanggar Altar (Risfana Faisal, Danang Hidayatullah, Mas Bandi, Abenk, dll). Seiring dengan berdirinya Sanggar Altar maka beberapa anak mencoba menghidupkan kembali siklusitu.Baru pada tahun 2004 Siklusitu mulai memperlihatkan eksistensinya. Siklusitu dengan format baru yang digawangi oleh anak-anak SanggarAltar dan diisi oleh seluruh komunitas di Ciputat yang masih tetap merasa memiliki Siklusitu.
Seiring berjalannya waktu Siklusitu mulai bergerak dengan pelan tapi pasti berkaca dari sejarah masa lalu. Siklusitu memilih ketua dan yang tertuduh pertama adalah Purwo Sasmitho sebagai penjaga gawang Siklusitu dan kegiatan dilakasanakan setiap dua minggu sekali. Berbagai kelompok kesenian yang ada di wilayah Ciputat mulai ikut nimbrung dan mengisi kegiatan Siklusitu tercatat (Teatar Gerimis, Teater UMJ, Teater dari UIN, kelompok pengamen jalanan Jakarta dll). Tercatat juga siklusitu beberapa kali diselenggarakan di Kampus UMJ. Rencananya siklusitu memang akan digelar keliling seluruh tempat di Ciputat.
Siklusitu pada tahun 2005 menerbitkan antologi puisi yang di beri titel JEJAK SIKLUS ITU 1. yang menampung karya 19 penyair Ciputat. Rencana selanjutnya siklusitu kembali menerbitkan antologi puisi JEJAK SIKLUS ITU-2, yang menampung 6 penyair Ciputat yang karyanya dibacakan di bacakan di Siklusitu. Karya 6 penyair ini telah di bahas di kritik melalui diskusi yang panjang 2 minggu sekali di Siklusitu selama hampir 6 bulan. Rencana terbit tahun 2007.
Siklusitu adalah ruangan bebas bagi yang mau ikutan nimbrung dan menampilkan karya-karyanya. Siklusitu ruang untuk para narsism.

Sekian sekilas tentang siklusitu.
Salam kreatifitas tak boleh mati